Belajar dari kisah Nabi Yusuf AS

AR Wasil
2 min readSep 27, 2016

--

Tadi pagi saya baca Al-Quran dan kebetulan kisahnya mengenai kisah Nabi Yusuf AS. Yusuf kecil dimasukkan kedalam sumur oleh saudara-saudaranya sendiri. Mereka pamit izin kepada ayahanda, Nabi Yaqub AS, untuk pergi ke hutan dan membawa Yusuf bersamanya. Namun tak disangka Yusuf dimasukkan ke dalam sumur dan mereka pulang ke rumah membawa baju Yusuf saja yang berlumuran darah dan mengatakan bahwa dia dimakan oleh serigala di tengah hutan.

Terbayang kah drama sepelik apa yang ada diantara saudaranya ini? Sudah sampai level dimana mereka “membunuh” satu dengan lainnya. Bayangkan kebencian seperti apa yang tertanam di hati mereka.

Munculah suatu kafilah lain yang sedang kehausan mencari air dan menemukan sumur. Kaget ditemukan seorang pemuda di dalamnya, Yusuf pun diambil dan dijual sebagai budak dengan harga yang sangat murah. Masuklah kehidupan Yusuf ke tempat dan tanah baru, yaitu Mesir.

Di Mesir kisah Yusuf tidak langsung berakhir indah. Dia dijadikan budak sekaligus anak, dituduh memperkosa dan dimasukkan penjara.

Berhenti disini, hikmah apa yang bisa kita ambil dari sini?

Terkadang kita tersulitkan dengan masalah di sekitar kita, baik dari partner kerja, teman, atau tetangga. Namun anehnya dari semua itu cobaan yang paling berat datang dari keluarga. Disadari atau tidak, orang yang paling dekat dengan kita memang yang paling sering menyakiti kita. Sering saudara kita mudah sekali meremehkan berbagai hal. Hal yang cukup penting dan krusial dianggap kecil. Dan hal yang kecil seringkali dibesar-besarkan. Pada saat kita ingin berubah dan berbuat baik, tidak seperti biasanya, orang yang paling sinis dengan perubahaan itu adalah keluarga atau saudara kita. Berbeda apabila kita menemukan kasus serupa namun dengan orang lain, mirisnya kita lebih menghargai pembicaraan dan tingkah laku orang yang tidak dikenal ditimbang saudara kita sendiri.

Tahukah kamu kalau Nabi Yusuf itu ganteng banget? Tapi kenapa kisahnya sedih.. dramanya pelik..

Karena ujian itu tidak tergantung dari tingkat kegantengan. Ganteng cantik, kaya miskin, muda tua, itu semua kondisi dimana setiap ujian (red: saya biasa asumsikan seperti “ulangan” semacam ulangan UTS) dilaksanakan. Layaknya setiap ulangan pasti ada constraint yang melekat apakah waktunya (amount of time), tingkat kesulitannya (level of difficulty), atau larangan memakai bantuan (tools). Siapa yang lulus ujian itu, dia tidak hanya akan dapat hasil baik & memuaskan. Namun dia juga naik level.

Kita garisbawahi ini adalah pelajaran bab sabar. Sabar itu bukan berarti diam dan hopeless. Arti sabar sebenarnya adalah menerima apa yang telah terjadi dan berusaha untuk keluar dari kondisi tersebut.

Tidak lantas menyerah, kita terus berusaha untuk keluar dari keterpurukan menjadi pribadi yg lebih baik dan kemudian menyerahkan sisanya kepada Yang Memegang Skenario. Tetap berbaik sangka kepada Allah akan berujung pada akhir yang bahagia.

--

--

AR Wasil

Product Designer at Tech Startup. Follow for fresh digest about productivity & design.| 📖 Author PetunjukUX.com | I give more design tips @ twitter.com/arwasil